DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A. DEFINISI
Diabetes
Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional adalah
gangguan dari glukosa yang dipicu oleh
kehamilan, biasanya menghilang setelah melahirkan ( Murrai et al, 2002 ).
Diabetes Melitus Gestasional didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang
diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu
mendapat insulin atau tidak. Pada
kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini
merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
Diabetes
gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28
pada masa kehamilan. Walaupun diabetes pada masa kehamilan termasuk salah satu
factor resiko terkena diabetes tipe II. Kondisi ini adalah kondisi sementara
dimana kadar gula darah akan kembali normal setelah melahirkan. Disebut
diabetes gestasional bila gangguan toleransi
glukosa yang terjadi sewaktu
hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik
adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa
dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah
1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test
tolesansi glukosa oral.
B. PATOFISIOLOGI DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
Pada diabetes
mellitus gestasional, selain
perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana
jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin
dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam
plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam
membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber
energi abnormal dapat menyebabkan kemungkinan terjadi
berbagai komplikasi baik pada
ibu maupun janin. Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik seperti ; hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan
sebagainya .
C. MEKANISME
DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
Diabetes
kehamilan sama dengan diabetes Tipe II. Perubahan
hormon selama kehamilan akan mengubah kemampuan toleransi tubuh terhadap
insulin. Pada kehamilan dini (sebelum usia 20 minggu), sel-sel sangat responsif
terhadap insulin dan kadar glukosa di dalam darah kemungkinan akan lebih rendah
dibanding biasanya. Hal ini juga yang menjadi alasan beberapa wanita hamil
mengalami mual dan muntah jika tidak ada asupan makanan selama kurun waktu yang
lama, misalnya sepanjang malam.
Pada diabetes
melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah
insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa untuk
melewati membran sel. Tingginya kadar
glukosa darah menyebabkan ginjal harus mengsekesikannya melalui urine dan
bekerja keras sehingga ginjal tidak dapat menanggulanginya sebab peningkatan
laju filter glonurulus dan penurunan kemampuan tubulus renalif
profesional/renalis untuk mereabsorbsi glukosa.
Penyakit
diabetes dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau
absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan
banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik
dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan.
Peningkatan produksi hormon kehamilan terutama HPL (Human
Placenta Lactogen) akan meingkatkan resistensi sel terhadap insulin
sehingga muncul kondisi diabetes. Efek
puncak HPL terjadi pada umur kehamilan sekitar 26 sampai 28 minggu. Waktu
tersebut merupakan saat yang tepat melakukan penapisan.
Hiperglikemi menimbulkan banyak efek
merugikan pada kehamilan. Angka aborsi spontan dan lahir mati juga meningkat.
Kematian pembuluh darah ke uterus dan plesenta sehingga meningkatkan
insufisiensi uteroplasma, yang mengakibatkan IUGR dan efek-efek lain. Pada sejumlah
besar wanita juga ditemukan hipertensi dan preeklamsi.
Glukosa darah ibu yang meningkat
akan disalurkan ke janin melalui plasenta. Janin memang tidak menderita
dibetes, tetapi harus meningkatkan produksi insulinnya guna metabolisme glukosa
yang ada. Akibat peningkatan kadar insulin dan glukosa, terjadilah pertumbuhan
fisik yang dramatis, yang menghasilkan bayi besar (makrosomia). Makrosomia
disebabkan oleh hiperplasia, peningkatan jumlah sel, hipertrofi, dan pembesaran
sel bayi. Kondisi ini menyebabkan perubahan yang berlangsung seumur hidup bagi
janin dan terbukti meningkatkan kemungkinan obesitas pada masa kanak-kanak dan
dewasa sekaligus meningkatkan risiko diabetes dikemudian hari.
D. PENYEBAB DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
Pada saat seorang wanita hamil,
perubahan hormon-hormon dalam tubuhnya membuat kerja insulin menjadi tidak
efektif. Karena kerja insulin membantu penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh
tidak efektif, akibatnya jumlah glukosa dalam darah meningkat dan penyebab
lainnya adalah :
- Pola makan
Mengkonsumsi makanan yang
berlebihan yang berarti jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh jumlahnya berlebih.
Apabila konsumsi makanan yang berlebihan tidak diimbangi oleh sekresi insulin
dalam jumlah yang cukup akan menyeababkan kadar gula dalam darah meningkat.
- Faktor keturunan / Genetik
Diabetes militus dapat diwariskan
dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak
jika orang tuanya menderita diabetes melitus. Pewaris gen ini dapat sampai ke
cucunya bahkan cicit walaupun resikonya kecil. Sevara klinis, penyakit DM
awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai defect fungsi sekresi.
Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut hal itu didominasi defect fungsi sekresi
yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA
mitokondria yaitu karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya
dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation (OXPHOS) di dalam penkreas.
·
Stres dan merokok
Ketika dalam keadaan stres,
hormon-hormon stres ditubuh akan meningkat hal ini juga akan memicu naiknya
kadar gula di dalam darah. Sedangkan merokok dapat memperberat gangguan
sirkulasi darah di daerah ujung-ujung tubuh misalnya jari kaki, sehingga denga
merokok dapat mempercepat proses pembentukan gangren.
- Kegemukan / obesitas biasanya terjadi pada usia 40 tahun
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab dan
akibat. Sebagai penyebab, obesitas menyebabkan sel beta ( yang mengsekresi
insulin dalam darah) pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya
akan kelelahan dan jebol sehingga insulin menjadi berkurang produksinya.
Sebagai akibat pengguna insulin sebagai terapi diabetes melitus belebihan
menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebian pula.
- Bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia tertentu
dapat mengiritasi pakreas sehingga menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada
pankreas menyebaban pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan
hormon yang diperlukan untuk metabolisme tubuh, termasuk hormon insulin.
- Mengkonsumsi karbohidrat berlebihan
Tingginya
konsumsi karbohidrat menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat.
Jika jumlah insulin yang diproduksi tidak disekresikan oleh sel-sel beta ( yang
mengsekresi insulin dalam darah) pankreas akibat beberapa gangguan dalam tubuh,
glukosa darah tidak diubah menjadi energi dan tidak dapat diubah dalam bentuk
glikogen. Hal ini menyebabkan kadar glukosa dalam darah tinggi, (melewati batas
kesanggupan ginjal untuk menyaring glukosa karena konsentrasinya terlalu
tinggi), glukosa akan dikeluarkan melalui urin sehingga terjadi glukosaria
(glukosa dalam urin = kencing manis)
- Kerusakan pada sel pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada
pangkreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan
fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme yubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
displidemia dapat meningkatkan risiko terkena diabetes militus.
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala dari diabetes
melitus gestasional sangatlah mirip dengan penderita diabetes melitus pada
umumnya, yaitu :
a) Poliuria
(banyak kencing)
b) Polidipsia
(haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)
c) Pusing,
mual dan muntah
d) Obesitas,
TFU > normal
e) Lemah
badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulva
f) Ketonemia
(kadar keton berlebihan dalam darah)
g) Glikosuria(ekskresi
glikosa ke dalam urin)
h) Gula
darah 2 jam > 200mg/dl
i)
gula darah sewaktu > 200 mg/dl
j)
Gula darah puasa > 126 mg/dl
F. PENANGANAN / PENGELOLAAN DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
Pengelolaan Medis
Sesuai
dengan pengelolaan medis diabetes
mellitus pada umumnya, pengelolaan diabetes mellitus gestasional juga didasari atas pengelolaan
gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu .
1. Kontrol secara ketat gula darah,
sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan
kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin
yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2.Hindari adanya infeksi saluran
kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat
terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama
adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita
yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara
Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah
keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
− Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
− Kalori kegiatan jasmani 10-30%
− Kalori untuk kehamilan 300 kalor
− Perlu
diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Perhitungan menu seimbang sama
dengan perhitungan pada kasus diabetes mellitus
umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh
kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
Pengelolaan DM dalam kehamilan
bertujuan untuk :
− Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
− Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
− Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
− Mencegah episode hipoglikemia
− Mencegah ketonuria / ketoasidosis deiabetik
− Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan
sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap
minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung
status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan
ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg) .
Pada diabetes mellitus gestasional, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan
lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam diabetes mellitus gestasional karena efek teratogenitasnya yang
tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI .
Pengelolaan Obstetrik
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan
klinis ibu dan janin, terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri,
denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan kardiotokografi
(jika memungkinkan). Pemantauan ibu dan janin dilakukan
dengan cara :
Pengukuran
tinggi fundus uteri
- NST – USG serial
- Penilaian
menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5
merupakan tanda gawat janin.
- Penilaian ini dilakukan setiap
minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan janin
terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan persalinan
secara seksio sesarea.
- Pada janin yang sehat, dengan
nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg)
dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
- Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG
memerlukan perawatan khusus.
- Bila akan melakukan terminasi
kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan
kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
-Kehamilan DMG dengan komplikasi
(hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti
glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan
34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
- Penilaian paling ideal adalah
penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP) .
G. PENATALAKSANAAN
1. Penapisan
Penapisan faktor
risiko untuk terjadinya DMG pada perempuan hamil sebaiknya dilakukan pada saat
kali pertama pasien memeriksa kehamilannya. Faktor risiko antara lain berat
badan yang sangat berlebihan (obesitas), riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya,
riwayat intoleransi glukosa atau glikosuria (glukosa dalam air seni), atau
riwayat keluarga dengan DM tipe 2. Jika seorang perempuan hamil memiliki faktor
risko tinggi untuk timbulnya DMG, pemeriksaan TTGO harus segara mungkin
dilakukan. Jika pemeriksaan awal tidak menunjukkan adanya DMG, harus dilakukan
pemeriksaan TTGO ulang pada pasien tersebut pada saat kehamilan berusia 24-28
minggu. Jika risiko untuk terjadinya DMG adalah moderat, pasien seyogianya
melakukan pemeriksaan TTGO pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu.
2. Pengelolaan
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk:
·
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa
< 105 mg/dl
·
Mempertahankan kadar glukosa darah jam
pp < 120 mg/dl
·
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb
Alc) < 6%
·
Mencegah episode hipoglikemia
·
Mencegah ketonuria/ketoasidosis diabetic
·
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang
optimal dan normal
Dianjurkan pemantauan gula darah yang
teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat
pemeriksaan sendiri dirumah). Dianjurkan kontrol
sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan
maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat
diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Pada wanita DMG harus dilakukan
pengamatan gula darah preprandial dan postprandial. Fourth International Workshop Conference on Gestational Diabetes
Mellitus menganjurkan untuk mempertahankan konsentrasi gula darah kurang
dari 95 mg/dl (5,3 mmol/l) sebelum makan dan 120 mg/l-140 mg/dl).
Pengaturan pola makan bertujuan
untuk menurunkan konsentrasi glukosa serum maternal, dengan cara membatasi
asupan karbohidrat hingga 40%-50% dari seluruh kalori, protein 20%, lemak
30%-40% (saturated kurang dari 10%), makan tinggi serat. Kenaikan berat badan
selama kehamilan (weight gain) diusahakan hanyaa sekitar 11-12,5 kg saja.
Program pengaturan gizi dan makanan yang dianjurkan oleh Ikatan Diabetes
Amerika (American Diabetes Association) adalah pemberian kalori dan
gizi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan kehamilan dan mengurangi
hiperglikemi ibu. Kalori harian yang dibutuhkan oleh bagi perempuan dengan
berat badan normal pada paruh kedua kehamilan adalah 30 kkal/kg BB normal.
Bila Indeks Masa Tubuh (Body Mass
Index) lebih dari30 kg/m2, maka dianjurkan asupan rendah kalori sampai 30-33%
(sekitar 25 kkal/kg). diet ini untuk mencegah ketonemia. Olahraga teratur untuk
memperbaiki control kadar gula darah pada perempuan hamil dengan diabetes
militus gestasional walaupun pengaruhnya terhadap hasil perinatal belum jelas.
3. Pemberian
insulin
Perempuan yang memiliki gejala
morbiditas janin (berdasarkan pemeriksaan glukosa atau adanya janin yang besar)
atau perempuan yang mempunyai konsentrasi gula darah yang tinggi harus dirawat
lebih seksama dan biasanya diberi insulin. Terapi insulin dapat menurunkan
kejadian makrosimia janin dan morbilitas perinatal.
Dosis insulin yang diberikan sangat
individual. Pemberian insulin ditujukan untuk mencapai konsentrasi gula darah
pascaprandial kurang dari 140 mg/dl sampai mencapai kadar glikemi dibawah
rata-rata dan hasil perinatal yang lebih baik, ketimbang dilakukannya upaya
mempertahankan konsentrasi gula darah praprandial kurang dari 105 mg/dl, tetapi
keadaan janin tidak diperhatikan. Kejadian makrosomia dapat diturunkan dengan
cara pemberian insulin untuk mencapai konsentrasi gula darah praprandial kurang
lebih 80 mg/dl (4,4 mmol/l). oleh karena itu, dalam merancang penatalaksanaan
pemberian insulin harus dipertimbangkan ketepatan waktu pengukuran gula darah,
konsentrasi target glukosa, dan karakteristik pertumbuhan janin.
Sebagai alternative pemberian obat
antidiabetik seperti metformin dan sulfonylurea dapat dipakai untuk
mengendalikan gula darah.
4. Penatalaksanaan
antepartum
Penatalaksanaan
antepartum pada perempuan dengan DMG bertujuan untuk:
- Melakukan penatalaksanaan kehamilan
trimester ketiga dalam upaya mencegah bayi lahir mati atau asfiksia, serta
menekan sekecil mungkin kejadian morbiditas ibu dan janin akibat persalinan.
-
Memantau pertumbuhan janin sacara
berkala dan terus-menerus (misalnya dengan USG)
untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan ukuran janin sehingga dapat ditentukan saat dan cara persalinan
yang tepat.
-
Memperkirakan maturitas (kematangan)
paru-paru janin (misalnya dengan amniosintesis)
apabila ada rencana terminasi (seksio sesarea) pada kehamilan 39 minggu.
-
Pemeriksaan antenatal dianjurkan
dilakukan sejak umur kehamilan 32-40 minggu. Pemeriksaan
antenatal dilakukan terhadap ibu hamil yang kadar gula darahnya tidak terkontrol,
yang mendapat pengobatan insulin, atau yang menderita hipertensi. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
nonstrest test, profil biofisik, atau modifikasi
pemeriksaan profil biofisik seperti nonstres test dan indeks cairan amnion.
5. Cara dan
waktu persalinan
Perempuan hamil dengan diabetes
mellitus gestasional bukan merupakan indikasi SC. Penanganan persalinan tetap
harus berdasarkan kepada indikasi ibu dan janin, sama halnya dengan pengelolaan
perempuan hamil tanpa diabetes.
Pada perempuan hamil diabetes
militus gestasional dengan makrosomial, komplikasi utama yang mungkin terjadi
pada persalinan adalah trauma kelahiran seperti distosia bahu, fraktur tulang
dan injuri fleksus brachialis. Bayi yang dilahirkan juga beresiko mengalami
hipoglikemia dan kelainan metabolic lainnya. Pengambilan keputusan untuk
melakukan persalinan lebih awal (pada kehamilan 38 minggu) dengan cara induksi
persalinan atau seksio secaria dilakukan atas pertimbangan resiko terjadinya
kematian perinatal atau morbiditas perinatal yang berhubungan dengan
makrosimia,, distosia bahu, gawat janin dan terjadinya sindroma dan distress
respirasi.
Penatalaksanaan perempuan hamil
dengan DMG pada kehamilan 38 minggu dengan cara induksi persalinan yang
mendapatkan pengobatan insulin, dihubungkan dengan upaya menurunkan berat badan
janin di atas 4000 gram atau diatas persentil ke 90. Pada perempuan hamil
dengan DMG yang mendapatkan pengobatan insulin, tidak ada manfaatnya manunda
persalinan sampai melampaui umur kehamilan 38-39 minggu karena persalinan yang
dilakukan pada kehamilan 38-39 minggu,
bisa menurunkan kemungkinan terjadinya makrosomia. Bila berat janin diduga
lebih dari 4500 gran, persalinan dianjurkan dengan cara SC.
6. Pasca
persalinan
Karena sudah tidak ada resisitensi
terhadap insulin lagi, maka pada periode pasca persalinan perempuan dengan
diabetes gestasional jarang memerlukan insulin. Pasien dengan diabetes
terkontrol dengan diet, setelah persalinan tidak perlu diperiksa kadar
glukosanya. Namun bila pada waktu kehamilan diberi pengobatan insulin, sebelum
meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa 2 jam
pascaprandial.
Karena risiko terjadi DM tipe II di
kemudian hari meningkat, maka 6 minggu pasca persalinan perlu dilakukan
pemeriksaan diabetes dengan cara pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu
atau 2 jam setelah pemberian 75 gram glukosa pada glucose tolerance test
(kadar kurang dari 140 mg/dl berarti normal, kadar antara 140-200 mg/dl,
berarti ada gangguan toleransi glukosa, kadar lebih dari 200 berarti diabetes
melitus). Bila tes ini menunjukan kadar yang normal, maka kadar glukosa darah
puasa dievaluasi lagi setelah 3 tahun. Skrining diabetes ini harus dilakukan
secara berlaka, khususnya pada pasien dengan kadar glukosa darah puasa yang
meningkat waktu kehamilan. Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus
gestasional harus diberi konseling agar rmenyusui anaknya karena pemberian ASI
akan memperbaiki kontrol kadar gula darah.
Harus
direncanakan pengunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil menderita
diabetes, maka dia berisiko terkenal hal yang sama pada kehamilan berikutnya.
Tidak ada pembatasan gangguan kontrasespi hormonal pada pasien dengan riwayat
DMG. Bagi perempuan yang obesitas, setelah melahirkan upaya penurunan berat
badan dengan diet dan beolahraga secara teratur agar risiko terjadinya diabetes
menjadi menurun.
H. KOMPLIKASI PADA
IBU DAN BAYI
Masalah yang ditemukan pada bayi
yang ibunya menderita diabetes dalam kehamilan adalah kelainan bawaan,
makrosomia (bayi besar > 4 kg), hipoglikemia (kadar gula darah rendah),
hipokalsemia (kadar kalsium dalam tubuh rendah), hiperbilirubinemia (bilirubun
berlebihan dalam tubuh), sindrom gawat napas, dan kematian janin. Faktor
maternal (pada ibu) yang berkaitan dengan peningkatan angka kejadian makrosomia
adalah obesitas, hiperglikemia, usia tua, dan multiparitas (jumlah kehamilan
> 4). Makrosomia memiliki risiko kematian janin saat dilahirkan karena
ketika melahirkan, bahu janin dapat nyangkut serta dan peningkatan jumlah
operasi caesar. Hipoglikemia pada bayi dapat terjadi beberapa jam setelah bayi
dilahirkan. Hal ini terjadi karena ibu mengalami hiperglikemia (kadar gula
darah berlebihan) yang menyebabkan bayi menjadi hiperinsulinemia (kadar hormone
insulin dalam tubuh janin berlebihan).
Komplikasi yang didapatkan pada ibu
dengan diabetes gestasional berkaitan dengan hipertensi, pre-eklampsia, dan peningkatan
risiko operasi caesar.
- Pengaruh Diabetes Militus Terhadap Kehamilan
1. Pengaruh
kehamilan, perrsalinan dan nifas terhadap DM.
a. Kehamilan
dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes (diabetic).
b. DM akan
menjadi lebih berat karena kehamilan.
2. Pengaruh
penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya:
a. abortus
dan partus premature.
b. Hidronion.
c. Pre-eklamsi.
d. Kesalahan
letak jantung.
e. Insufisiensi
plasenta.
3. Pengaruh
penyakit terhadap persalinan
a. Gangguan
kontraksi otot rahim partus lama/terlantar.
b. Janin besar
sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c. Gangguan
pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir mati.
d. Perdarahan
post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Post
partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi
mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan kematian.
4. Pengaruh
DM terhadap kala nifas
a. Mudah
terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan
luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar
5. Pengaruh
DM terhadap bayi
a. Abortus,
premature < usia kandungan 36 minggu
b. Janin
besar (makrosomia)
c. Dapat
terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa
I.
PENCEGAHAN TERHADAP DIABETES
MELLITUS GESTASIONAL
Faktor keturunan merupakan factor yang tidak
dapat diubah, tetapi factor lingkungan yang berkaitan dengan gaya hidup seperti
kurang berolahraga serta asupan nutrisi yang berlebihan dan kegemukan merupakan
factor yang dapat diperbaiki .
Tidak diragukan bahwa nutrisi merupakan factor
yang penting untuk timbulnya diabetes tipe 2 khususnya diabetes milletus pada
kehamilan ini .
Berikut adalah beberapa cara umum yang dapat
dilakukan untuk mencegah agar tidak terkena diabetes milletus :
1.
Pada bayi, pemberian ASI (
air susu ibu ) dapat mencegah resiko diabetes mellitus tipe 1 dan 2 minimal
sampai umur 4 bulan .
2.
Pengaturan pola makan atau
diet yang sehat untuk menjaga berat tubuh yang stabil .
3.
Membatasi jumlah lemak jenuh
dan lemak trans di dalam pola makan.
4.
Konsumsi sumber karbohidrat,
sebagian dari kebutuhan energy. Pilihlah karbohidrat yang kompleks dan serat.
5.
Hindari merokok dan pengaruh
asapnya .
6.
Meningkatkan aktivitas tubuh
dan berolahraga yang cukup.
J. PERAN BIDAN
DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT
Pengobatan yang akan dilakukan
bergantung pada kadar glukosa darah. Bidan harus melibakan perawat spesialis
diabetes dan ahli gizi mengenai intervensi diet untuk mengatur asupan
karbohidrat serta restriksi lemak dan gula. Saran mengenai latihan fisik selama
kehamilan bermanfaat dan strategi untuk behenti merokok
juga perlu diberikan. Hasil yang sangat abnormal akan menyebabkan diperlukannya
terapi insulin. Pemantauan glukosa darah harus terus dilakukan
secara teratur selama kehamilan untuk mendeteksi adanya hiperglikemia.
Makrosomia janin merupakan komplikasi utama sehingga pertumbuhan dan
kesejahteraan janin harus dipantau secara ketat selama sisa kehamilan. Setelah
itu, dapat diambil keputusan mengenai cara dan waktu kelahiran. Setelah
kelahiran, bayi harus dipantau secara ketat untuk adanya hipoglikemia. Jika ibu
menjalani terapi insulin, terapi tersebut harus dihentikan segera setelah kelahiran bayi. Mereka yang memiliki
kadar glukosa darah normal membutuhkan saran tentang implikasi kehamilan yang
akan datang dan terjaninya DM tipe I dan II. Jika ibu memiliki gaya hidup sehat
dan menghindari obesitas, risko ini dapat berkurang.
DAFTAR
PUSTAKA
Varney, Helen,
Kriebs, Jan M., Gegor, Carolyn L. Buku ajar asuhan kebidanan Edisi 4 vol.1, Jakarta
: EGC, 2006
Fraser, Diane
M., Cooper, Margaret A. Buku ajar bidan Myles, Edisi 14, Jakarta : EGC, 2009
Cunningham, F.
Gary, Gant, Norman F., Leveno, Kenneth J., Gilstrap III, Larry C.Hauth, John
C., Wenstrom, Katharine D., Obstetri Williams Edisi 21, Jakarta : EGC,
2005