Kamis, 25 April 2013

DIABETES MELITUS GESTASIONAL


DIABETES MELITUS GESTASIONAL
A. DEFINISI
Diabetes Melitus Gestasional
            Diabetes Melitus Gestasional adalah gangguan dari glukosa yang dipicu oleh kehamilan, biasanya menghilang setelah melahirkan ( Murrai et al, 2002 ). Diabetes Melitus Gestasional didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
            Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28 pada masa kehamilan. Walaupun diabetes pada masa kehamilan termasuk salah satu factor resiko terkena diabetes tipe II. Kondisi ini adalah kondisi sementara dimana kadar gula darah akan kembali normal setelah melahirkan. Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi  glukosa  yang terjadi sewaktu hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan.
            Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.

B.  PATOFISIOLOGI DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
Pada diabetes mellitus gestasional, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
            Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal dapat menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi baik pada ibu maupun janin. Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik seperti ; hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya .

C.  MEKANISME DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
            Diabetes kehamilan sama dengan diabetes Tipe II. Perubahan hormon selama kehamilan akan mengubah kemampuan toleransi tubuh terhadap insulin. Pada kehamilan dini (sebelum usia 20 minggu), sel-sel sangat responsif terhadap insulin dan kadar glukosa di dalam darah kemungkinan akan lebih rendah dibanding biasanya. Hal ini juga yang menjadi alasan beberapa wanita hamil mengalami mual dan muntah jika tidak ada asupan makanan selama kurun waktu yang lama, misalnya sepanjang malam.
            Pada diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa untuk melewati membran sel. Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan ginjal harus mengsekesikannya melalui urine dan bekerja keras sehingga ginjal tidak dapat menanggulanginya sebab peningkatan laju filter glonurulus dan penurunan kemampuan tubulus renalif profesional/renalis untuk mereabsorbsi glukosa.
            Penyakit diabetes dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan.
             Peningkatan produksi hormon kehamilan terutama HPL (Human Placenta Lactogen) akan meingkatkan resistensi sel terhadap insulin sehingga muncul kondisi diabetes. Efek puncak HPL terjadi pada umur kehamilan sekitar 26 sampai 28 minggu. Waktu tersebut merupakan saat yang tepat melakukan penapisan.
            Hiperglikemi menimbulkan banyak efek merugikan pada kehamilan. Angka aborsi spontan dan lahir mati juga meningkat. Kematian pembuluh darah ke uterus dan plesenta sehingga meningkatkan insufisiensi uteroplasma, yang mengakibatkan IUGR dan efek-efek lain. Pada sejumlah besar wanita juga ditemukan hipertensi dan preeklamsi.
            Glukosa darah ibu yang meningkat akan disalurkan ke janin melalui plasenta. Janin memang tidak menderita dibetes, tetapi harus meningkatkan produksi insulinnya guna metabolisme glukosa yang ada. Akibat peningkatan kadar insulin dan glukosa, terjadilah pertumbuhan fisik yang dramatis, yang menghasilkan bayi besar (makrosomia). Makrosomia disebabkan oleh hiperplasia, peningkatan jumlah sel, hipertrofi, dan pembesaran sel bayi. Kondisi ini menyebabkan perubahan yang berlangsung seumur hidup bagi janin dan terbukti meningkatkan kemungkinan obesitas pada masa kanak-kanak dan dewasa sekaligus meningkatkan risiko diabetes dikemudian hari.

D. PENYEBAB DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
            Pada saat seorang wanita hamil, perubahan hormon-hormon dalam tubuhnya membuat kerja insulin menjadi tidak efektif. Karena kerja insulin membantu penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh tidak efektif, akibatnya jumlah glukosa dalam darah meningkat dan penyebab lainnya adalah :
  • Pola makan
            Mengkonsumsi makanan yang berlebihan yang berarti jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh jumlahnya berlebih. Apabila konsumsi makanan yang berlebihan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah yang cukup akan menyeababkan kadar gula dalam darah meningkat.
  • Faktor keturunan / Genetik
            Diabetes militus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus. Pewaris gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya kecil. Sevara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut hal itu didominasi defect fungsi sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yaitu karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation (OXPHOS) di dalam penkreas.
·         Stres dan merokok
           Ketika dalam keadaan stres, hormon-hormon stres ditubuh akan meningkat hal ini juga akan memicu naiknya kadar gula di dalam darah. Sedangkan merokok dapat memperberat gangguan sirkulasi darah di daerah ujung-ujung tubuh misalnya jari kaki, sehingga denga merokok dapat mempercepat proses pembentukan gangren.
  • Kegemukan / obesitas biasanya terjadi pada usia 40 tahun
           Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab dan akibat. Sebagai penyebab, obesitas menyebabkan sel beta ( yang mengsekresi insulin dalam darah) pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan dan jebol sehingga insulin menjadi berkurang produksinya. Sebagai akibat pengguna insulin sebagai terapi diabetes melitus belebihan menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebian pula.
  • Bahan kimia dan obat-obatan
           Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pakreas sehingga menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas menyebaban pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolisme tubuh, termasuk hormon insulin.
  • Mengkonsumsi karbohidrat berlebihan
     Tingginya konsumsi karbohidrat menyebabkan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat. Jika jumlah insulin yang diproduksi tidak disekresikan oleh sel-sel beta ( yang mengsekresi insulin dalam darah) pankreas akibat beberapa gangguan dalam tubuh, glukosa darah tidak diubah menjadi energi dan tidak dapat diubah dalam bentuk glikogen. Hal ini menyebabkan kadar glukosa dalam darah tinggi, (melewati batas kesanggupan ginjal untuk menyaring glukosa karena konsentrasinya terlalu tinggi), glukosa akan dikeluarkan melalui urin sehingga terjadi glukosaria (glukosa dalam urin = kencing manis)
  • Kerusakan pada sel pankreas
           Infeksi mikroorganisme dan virus pada pangkreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme yubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan displidemia dapat meningkatkan risiko terkena diabetes militus.

E.  TANDA DAN GEJALA
      Tanda dan gejala dari diabetes melitus gestasional sangatlah mirip dengan penderita diabetes melitus pada umumnya, yaitu :
a)      Poliuria (banyak kencing)
b)      Polidipsia (haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)
c)      Pusing, mual dan muntah
d)     Obesitas, TFU > normal
e)      Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulva
f)       Ketonemia (kadar keton berlebihan dalam darah)
g)      Glikosuria(ekskresi glikosa ke dalam urin)
h)      Gula darah 2 jam > 200mg/dl
i)        gula darah sewaktu > 200 mg/dl
j)        Gula darah puasa > 126 mg/dl

F.   PENANGANAN / PENGELOLAAN DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
       Pengelolaan Medis
Sesuai dengan pengelolaan medis diabetes mellitus pada umumnya, pengelolaan diabetes mellitus gestasional juga didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu .
1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2.Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
− Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
− Kalori kegiatan jasmani 10-30%
− Kalori untuk kehamilan 300 kalor
− Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
      Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus diabetes mellitus umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
      Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
− Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
− Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
− Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
− Mencegah episode hipoglikemia
− Mencegah ketonuria / ketoasidosis deiabetik
− Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg) .
Pada diabetes mellitus gestasional, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam diabetes mellitus gestasional karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI .
Pengelolaan Obstetrik
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan janin, terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan). Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
Pengukuran tinggi fundus uteri
- NST – USG serial
-  Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5 merupakan tanda gawat janin.
- Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea.
- Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
- Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
- Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
-Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
- Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP) .

G.  PENATALAKSANAAN
1.      Penapisan
             Penapisan faktor risiko untuk terjadinya DMG pada perempuan hamil sebaiknya dilakukan pada saat kali pertama pasien memeriksa kehamilannya. Faktor risiko antara lain berat badan yang sangat berlebihan (obesitas), riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya, riwayat intoleransi glukosa atau glikosuria (glukosa dalam air seni), atau riwayat keluarga dengan DM tipe 2. Jika seorang perempuan hamil memiliki faktor risko tinggi untuk timbulnya DMG, pemeriksaan TTGO harus segara mungkin dilakukan. Jika pemeriksaan awal tidak menunjukkan adanya DMG, harus dilakukan pemeriksaan TTGO ulang pada pasien tersebut pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu. Jika risiko untuk terjadinya DMG adalah moderat, pasien seyogianya melakukan pemeriksaan TTGO pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu.
2.      Pengelolaan
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk:
·            Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
·            Mempertahankan kadar glukosa darah jam pp < 120 mg/dl
·            Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
·            Mencegah episode hipoglikemia
·            Mencegah ketonuria/ketoasidosis diabetic
·            Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal
          Dianjurkan pemantauan gula darah yang teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri dirumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
            Pada wanita DMG harus dilakukan pengamatan gula darah preprandial dan postprandial. Fourth International Workshop Conference on Gestational Diabetes Mellitus menganjurkan untuk mempertahankan konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/dl (5,3 mmol/l) sebelum makan dan 120 mg/l-140 mg/dl).
            Pengaturan pola makan bertujuan untuk menurunkan konsentrasi glukosa serum maternal, dengan cara membatasi asupan karbohidrat hingga 40%-50% dari seluruh kalori, protein 20%, lemak 30%-40% (saturated kurang dari 10%), makan tinggi serat. Kenaikan berat badan selama kehamilan (weight gain) diusahakan hanyaa sekitar 11-12,5 kg saja. Program pengaturan gizi dan makanan yang dianjurkan oleh Ikatan Diabetes Amerika (American Diabetes Association) adalah pemberian kalori dan gizi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan kehamilan dan mengurangi hiperglikemi ibu. Kalori harian yang dibutuhkan oleh bagi perempuan dengan berat badan normal pada paruh kedua kehamilan adalah 30 kkal/kg BB normal.
            Bila Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) lebih dari30 kg/m2, maka dianjurkan asupan rendah kalori sampai 30-33% (sekitar 25 kkal/kg). diet ini untuk mencegah ketonemia. Olahraga teratur untuk memperbaiki control kadar gula darah pada perempuan hamil dengan diabetes militus gestasional walaupun pengaruhnya terhadap hasil perinatal belum jelas.
3.      Pemberian insulin
            Perempuan yang memiliki gejala morbiditas janin (berdasarkan pemeriksaan glukosa atau adanya janin yang besar) atau perempuan yang mempunyai konsentrasi gula darah yang tinggi harus dirawat lebih seksama dan biasanya diberi insulin. Terapi insulin dapat menurunkan kejadian makrosimia janin dan morbilitas perinatal.
            Dosis insulin yang diberikan sangat individual. Pemberian insulin ditujukan untuk mencapai konsentrasi gula darah pascaprandial kurang dari 140 mg/dl sampai mencapai kadar glikemi dibawah rata-rata dan hasil perinatal yang lebih baik, ketimbang dilakukannya upaya mempertahankan konsentrasi gula darah praprandial kurang dari 105 mg/dl, tetapi keadaan janin tidak diperhatikan. Kejadian makrosomia dapat diturunkan dengan cara pemberian insulin untuk mencapai konsentrasi gula darah praprandial kurang lebih 80 mg/dl (4,4 mmol/l). oleh karena itu, dalam merancang penatalaksanaan pemberian insulin harus dipertimbangkan ketepatan waktu pengukuran gula darah, konsentrasi target glukosa, dan karakteristik pertumbuhan janin.
            Sebagai alternative pemberian obat antidiabetik seperti metformin dan sulfonylurea dapat dipakai untuk mengendalikan gula darah.
4.      Penatalaksanaan antepartum
Penatalaksanaan antepartum pada perempuan dengan DMG bertujuan untuk:
-           Melakukan penatalaksanaan kehamilan trimester ketiga dalam upaya mencegah bayi lahir mati atau asfiksia, serta menekan sekecil mungkin kejadian morbiditas ibu dan janin akibat persalinan.
-                      Memantau pertumbuhan janin sacara berkala dan terus-menerus (misalnya dengan USG) untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan ukuran janin sehingga        dapat ditentukan saat dan cara persalinan yang tepat.
-                      Memperkirakan maturitas (kematangan) paru-paru janin (misalnya dengan   amniosintesis) apabila ada rencana terminasi (seksio sesarea) pada kehamilan 39             minggu.
-                      Pemeriksaan antenatal dianjurkan dilakukan sejak umur kehamilan 32-40 minggu. Pemeriksaan antenatal dilakukan terhadap ibu hamil yang kadar gula darahnya tidak          terkontrol, yang mendapat pengobatan insulin, atau yang menderita hipertensi.          Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan nonstrest test, profil biofisik, atau             modifikasi pemeriksaan profil biofisik seperti nonstres test dan indeks cairan amnion.
5.      Cara dan waktu persalinan
            Perempuan hamil dengan diabetes mellitus gestasional bukan merupakan indikasi SC. Penanganan persalinan tetap harus berdasarkan kepada indikasi ibu dan janin, sama halnya dengan pengelolaan perempuan hamil tanpa diabetes.
            Pada perempuan hamil diabetes militus gestasional dengan makrosomial, komplikasi utama yang mungkin terjadi pada persalinan adalah trauma kelahiran seperti distosia bahu, fraktur tulang dan injuri fleksus brachialis. Bayi yang dilahirkan juga beresiko mengalami hipoglikemia dan kelainan metabolic lainnya. Pengambilan keputusan untuk melakukan persalinan lebih awal (pada kehamilan 38 minggu) dengan cara induksi persalinan atau seksio secaria dilakukan atas pertimbangan resiko terjadinya kematian perinatal atau morbiditas perinatal yang berhubungan dengan makrosimia,, distosia bahu, gawat janin dan terjadinya sindroma dan distress respirasi.
            Penatalaksanaan perempuan hamil dengan DMG pada kehamilan 38 minggu dengan cara induksi persalinan yang mendapatkan pengobatan insulin, dihubungkan dengan upaya menurunkan berat badan janin di atas 4000 gram atau diatas persentil ke 90. Pada perempuan hamil dengan DMG yang mendapatkan pengobatan insulin, tidak ada manfaatnya manunda persalinan sampai melampaui umur kehamilan 38-39 minggu karena persalinan yang dilakukan  pada kehamilan 38-39 minggu, bisa menurunkan kemungkinan terjadinya makrosomia. Bila berat janin diduga lebih dari 4500 gran, persalinan dianjurkan dengan cara SC.
6.      Pasca persalinan
            Karena sudah tidak ada resisitensi terhadap insulin lagi, maka pada periode pasca persalinan perempuan dengan diabetes gestasional jarang memerlukan insulin. Pasien dengan diabetes terkontrol dengan diet, setelah persalinan tidak perlu diperiksa kadar glukosanya. Namun bila pada waktu kehamilan diberi pengobatan insulin, sebelum meninggalkan rumah sakit perlu diperiksa kadar glukosa puasa 2 jam pascaprandial.
            Karena risiko terjadi DM tipe II di kemudian hari meningkat, maka 6 minggu pasca persalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes dengan cara pemeriksaan gula darah puasa dalam dua waktu atau 2 jam setelah pemberian 75 gram glukosa pada glucose tolerance test (kadar kurang dari 140 mg/dl berarti normal, kadar antara 140-200 mg/dl, berarti ada gangguan toleransi glukosa, kadar lebih dari 200 berarti diabetes melitus). Bila tes ini menunjukan kadar yang normal, maka kadar glukosa darah puasa dievaluasi lagi setelah 3 tahun. Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berlaka, khususnya pada pasien dengan kadar glukosa darah puasa yang meningkat waktu kehamilan. Perempuan yang pernah menderita diabetes melitus gestasional harus diberi konseling agar rmenyusui anaknya karena pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula darah.
            Harus direncanakan pengunaan kontrasepsi karena sekali perempuan hamil menderita diabetes, maka dia berisiko terkenal hal yang sama pada kehamilan berikutnya. Tidak ada pembatasan gangguan kontrasespi hormonal pada pasien dengan riwayat DMG. Bagi perempuan yang obesitas, setelah melahirkan upaya penurunan berat badan dengan diet dan beolahraga secara teratur agar risiko terjadinya diabetes menjadi menurun.

H.  KOMPLIKASI PADA IBU DAN BAYI
            Masalah yang ditemukan pada bayi yang ibunya menderita diabetes dalam kehamilan adalah kelainan bawaan, makrosomia (bayi besar > 4 kg), hipoglikemia (kadar gula darah rendah), hipokalsemia (kadar kalsium dalam tubuh rendah), hiperbilirubinemia (bilirubun berlebihan dalam tubuh), sindrom gawat napas, dan kematian janin. Faktor maternal (pada ibu) yang berkaitan dengan peningkatan angka kejadian makrosomia adalah obesitas, hiperglikemia, usia tua, dan multiparitas (jumlah kehamilan > 4). Makrosomia memiliki risiko kematian janin saat dilahirkan karena ketika melahirkan, bahu janin dapat nyangkut serta dan peningkatan jumlah operasi caesar. Hipoglikemia pada bayi dapat terjadi beberapa jam setelah bayi dilahirkan. Hal ini terjadi karena ibu mengalami hiperglikemia (kadar gula darah berlebihan) yang menyebabkan bayi menjadi hiperinsulinemia (kadar hormone insulin dalam tubuh janin berlebihan).
            Komplikasi yang didapatkan pada ibu dengan diabetes gestasional berkaitan dengan hipertensi, pre-eklampsia, dan peningkatan risiko operasi caesar.
  • Pengaruh Diabetes Militus Terhadap Kehamilan
1.      Pengaruh kehamilan, perrsalinan dan nifas terhadap DM.
a.       Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes (diabetic).
b.      DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan.
2.      Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya:
a.       abortus dan partus premature.
b.      Hidronion.
c.       Pre-eklamsi.
d.      Kesalahan letak jantung.
e.       Insufisiensi plasenta.
3.      Pengaruh penyakit terhadap persalinan
a.       Gangguan kontraksi otot rahim partus lama/terlantar.
b.      Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c.       Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir mati.
d.      Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e.       Post partum mudah terjadi infeksi.
f.       Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan kematian.
4.      Pengaruh DM terhadap kala nifas
a.       Mudah terjadi infeksi post partum
b.      Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar
5.      Pengaruh DM terhadap bayi
a.       Abortus, premature < usia kandungan 36 minggu
b.      Janin besar (makrosomia)
c.       Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa

I.    PENCEGAHAN TERHADAP DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
Faktor keturunan merupakan factor yang tidak dapat diubah, tetapi factor lingkungan yang berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang berolahraga serta asupan nutrisi yang berlebihan dan kegemukan merupakan factor yang dapat diperbaiki .
Tidak diragukan bahwa nutrisi merupakan factor yang penting untuk timbulnya diabetes tipe 2 khususnya diabetes milletus pada kehamilan ini .
Berikut adalah beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak terkena diabetes milletus :
1.         Pada bayi, pemberian ASI ( air susu ibu ) dapat mencegah resiko diabetes mellitus tipe 1 dan 2 minimal sampai umur 4 bulan .
2.         Pengaturan pola makan atau diet yang sehat untuk menjaga berat tubuh yang stabil .
3.         Membatasi jumlah lemak jenuh dan lemak trans di dalam pola makan.
4.         Konsumsi sumber karbohidrat, sebagian dari kebutuhan energy. Pilihlah karbohidrat yang kompleks dan serat.
5.         Hindari merokok dan pengaruh asapnya .
6.         Meningkatkan aktivitas tubuh dan berolahraga yang cukup.

   J.  PERAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT
            Pengobatan yang akan dilakukan bergantung pada kadar glukosa darah. Bidan harus melibakan perawat spesialis diabetes dan ahli gizi mengenai intervensi diet untuk mengatur asupan karbohidrat serta restriksi lemak dan gula. Saran mengenai latihan fisik selama kehamilan bermanfaat dan strategi untuk behenti merokok juga perlu diberikan. Hasil yang sangat abnormal akan menyebabkan diperlukannya terapi insulin. Pemantauan glukosa darah harus terus dilakukan secara teratur selama kehamilan untuk mendeteksi adanya hiperglikemia. Makrosomia janin merupakan komplikasi utama sehingga pertumbuhan dan kesejahteraan janin harus dipantau secara ketat selama sisa kehamilan. Setelah itu, dapat diambil keputusan mengenai cara dan waktu kelahiran. Setelah kelahiran, bayi harus dipantau secara ketat untuk adanya hipoglikemia. Jika ibu menjalani terapi insulin, terapi tersebut harus dihentikan segera  setelah kelahiran bayi. Mereka yang memiliki kadar glukosa darah normal membutuhkan saran tentang implikasi kehamilan yang akan datang dan terjaninya DM tipe I dan II. Jika ibu memiliki gaya hidup sehat dan menghindari obesitas, risko ini dapat berkurang.

           



DAFTAR PUSTAKA

Varney, Helen, Kriebs, Jan M., Gegor, Carolyn L. Buku ajar asuhan kebidanan      Edisi 4 vol.1, Jakarta : EGC, 2006
Fraser, Diane M., Cooper, Margaret A. Buku ajar bidan Myles, Edisi 14, Jakarta :               EGC, 2009
Cunningham, F. Gary, Gant, Norman F., Leveno, Kenneth J., Gilstrap III, Larry    C.Hauth, John C., Wenstrom, Katharine D., Obstetri Williams Edisi 21,       Jakarta : EGC, 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar