BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pada saat ini
kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang sangat penting karena merupakan
tolak ukur derajat kesehatan sesuatu negara. Akselerasi pencapaian visi
indonesia sehat 2010 melalui pembangunan kesehatan.
Indikator
derajat kesehatan yang utama adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi,
salah satu penyebab kematian ibu secara langsung pada ibu hamil, bersalin dan
ibu nifas yaitu pre eklamsia yang merupakan urutan kedua setelah penyebab
perdarahan.
Pemeriksaan
antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, walaupun timbulnya preeklampsia tidak dapat dicegah, deteksi dini
dapat ditemukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas asuhan
kebidanan agar mendapat penatalaksanaan yang lebih baik atau dapat
mempertahankan keadaan preeklampsia ringan, sehingga tidak menjadi preeklampsi
berat atau eklampsia.
Pada saat
melaksakan praktik klinik kebidanan (PKK 1) selama 1 bulan memperoleh data
bahwa jumlah ibu yang memeriksakan kehamilan 55 orang ibu hamil, jumlah normal
30 orang jumlah yang anemia berat 12 orang, jumlah yang naemia ringan 10 orang
dan jumlah yang mengalami preeklampsia ringan 3 orang.
Berdasakan data
tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul ”Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Preeklamsia Ringan”.
BAB II
ISI
A. Definisi
Preeklamsi
adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria
dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Ilmu kebidanan, 2008).
Preeklamsi adalah kumpulan
gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri
dari hipertensi, proteinuria dan edema, ibu tersebut tidak menunjukan tanda-
tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (Muchtar R., 1998)
Preeklamsi
ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiharjo, Fak UI Jakarta, 1998).
B. Etiologi
Apa yang mnjadi penyebab pre eklampsia
sampai sekarang belum diketahui, ada pendapat yeng menerangkan penyebab
yang sering terjadi yaitu :
1.
Sebab
bertambahnya frekuensi pada primgraviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan
molahidatidosa.
2.
Bertambahnya
frekuensi dengan makin tuanya kehamilan
3.
Dapat terjadi
perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dan uterus.
4. Timbulnya
hipertensi, edema proteinuria, kejang dan koma. Oleh karena itu tidak ada
karakteristik tertentu yang mengidentifikasikan wanita yang akan mengalami pre
eklampsia, akan tetapi ada beberapa faktor resiko yaitu primigravida, grande
multi, kehamilan ganda dan penyakit ginjal.
Preeklampsia ringan
bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :
a.
Tekanan darah
140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring telentang, atau
kenaikan sistdik 30 mmHg atau lebih cara pengukuran sekurang-urangnnya
pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b.
Edema umum,
kaki, jari tangan, dan muka : atau kehamilan berat badan 1 kg lebih atau lebih
perminggu.
c.
Proteinuria
kwantitatif 0,3 gram atau lebih perliter : kwalitatif 1 + atau 2 + pada
urun kater atau midstream.
Adanya yang melaporkan angka kejadian
sebanyak 6% seluruh kehamilan, dan 12% pada kehamilan pimigravida. Menurut
beberapa penulis dan frekuensi dilaporkan sekitar 3-10%.
Lebih banyak dijumpai pada primigravida
dari pada multigravida, terutama primigravida usia muda.
Faktor-faktor predisposisi untuk
terjadinya preeklamsia adalah molahida tidosa, diabetes melitus, kehamilan
ganda, hidrops fetalis, obetasi, dan umur yang lebih dari 35 tahum.
I. Penanganan
Tujuan utama penanganan ialah :
- Pencegahan terjadi pre-eklamsia berat dan eklamsia
- Melahirkan janin hidup
- Melahirkan janin dengan trauma sekecil kecilnya.
Pada dasarnya penanganan terdiri dari penanganan medik dan obstetrik.
Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optoimal yaitu sebvelum janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus.
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah
- tekanan darah siscol 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih.
- Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu berulang
- Penambahan edema berlebihan tiba-tiba
Tujuan utama penanganan ialah :
- Pencegahan terjadi pre-eklamsia berat dan eklamsia
- Melahirkan janin hidup
- Melahirkan janin dengan trauma sekecil kecilnya.
Pada dasarnya penanganan terdiri dari penanganan medik dan obstetrik.
Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optoimal yaitu sebvelum janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus.
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah
- tekanan darah siscol 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih.
- Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu berulang
- Penambahan edema berlebihan tiba-tiba
Penanganan pre-eklamsia ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi untuk penanganan pre-eklamsia. Istirahat dengan berbaring pada posisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga elbih banyak. Tekanan pada ekstermitas bawah turun dan resobsi aliran darah tersebut bertambah. Selain itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan adema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30mg sehari akan meningkatkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah.
Pada umunya pemberian diuretik dan anti hipertensi pada pre-eklamsia ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obatan tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklamsia berat.
Setelah keadaan normal, penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus dipaksa lebih sering. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila hipertensi menetap, penderita tetap tinggal dirumah sakit. Bila keadaan janin mengizinkan, tunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai persalinan cukup bulan atau > 37 minggu.
Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi untuk penanganan pre-eklamsia. Istirahat dengan berbaring pada posisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga elbih banyak. Tekanan pada ekstermitas bawah turun dan resobsi aliran darah tersebut bertambah. Selain itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan adema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30mg sehari akan meningkatkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah.
Pada umunya pemberian diuretik dan anti hipertensi pada pre-eklamsia ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obatan tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklamsia berat.
Setelah keadaan normal, penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus dipaksa lebih sering. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila hipertensi menetap, penderita tetap tinggal dirumah sakit. Bila keadaan janin mengizinkan, tunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai persalinan cukup bulan atau > 37 minggu.
Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar