Kamis, 25 April 2013

PREEKLAMSI RINGAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pada saat ini kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang sangat penting karena merupakan tolak ukur derajat kesehatan sesuatu negara. Akselerasi pencapaian visi indonesia sehat 2010 melalui pembangunan kesehatan.
Indikator derajat kesehatan yang utama adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi, salah satu penyebab kematian ibu secara langsung pada ibu hamil, bersalin dan ibu nifas yaitu pre eklamsia yang merupakan urutan kedua setelah penyebab perdarahan.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini preeklampsia, walaupun timbulnya preeklampsia tidak dapat dicegah, deteksi dini dapat ditemukan dengan meningkatkan  kualitas dan kuantitas asuhan kebidanan agar mendapat penatalaksanaan yang lebih baik atau dapat mempertahankan keadaan preeklampsia ringan, sehingga tidak menjadi preeklampsi berat atau eklampsia.
Pada saat melaksakan praktik klinik kebidanan (PKK 1) selama 1 bulan memperoleh data bahwa jumlah ibu yang memeriksakan kehamilan 55 orang ibu hamil, jumlah normal 30 orang jumlah yang anemia berat 12 orang, jumlah yang naemia ringan 10 orang dan jumlah yang mengalami preeklampsia ringan 3 orang.
Berdasakan data tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul ”Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Preeklamsia Ringan”.




BAB II
ISI
A.    Definisi
                   Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Ilmu kebidanan, 2008).
                  Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari hipertensi, proteinuria dan edema, ibu tersebut tidak menunjukan tanda- tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (Muchtar R., 1998)
Preeklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan  edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak UI Jakarta, 1998).
B.     Etiologi
Apa yang mnjadi penyebab pre eklampsia sampai sekarang belum diketahui,  ada pendapat yeng menerangkan penyebab yang sering terjadi yaitu :
1.      Sebab bertambahnya frekuensi pada primgraviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan molahidatidosa.
2.      Bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan
3.      Dapat terjadi perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dan uterus.
4.      Timbulnya hipertensi, edema proteinuria, kejang dan koma. Oleh karena itu tidak ada karakteristik tertentu yang mengidentifikasikan wanita yang akan mengalami pre eklampsia, akan tetapi ada beberapa faktor resiko yaitu primigravida, grande multi, kehamilan ganda dan penyakit ginjal.

   Preeklampsia ringan bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :
a.       Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring telentang, atau kenaikan sistdik 30  mmHg atau lebih cara pengukuran sekurang-urangnnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b.      Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka : atau kehamilan berat badan 1 kg lebih atau lebih perminggu.
c.       Proteinuria kwantitatif 0,3 gram atau lebih perliter :  kwalitatif 1 + atau 2 + pada urun kater atau midstream.
Adanya yang melaporkan angka kejadian sebanyak 6% seluruh kehamilan, dan 12% pada kehamilan pimigravida. Menurut beberapa penulis dan frekuensi dilaporkan sekitar 3-10%.
Lebih banyak dijumpai pada primigravida dari pada multigravida, terutama primigravida usia muda.
Faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsia adalah molahida tidosa, diabetes melitus, kehamilan ganda, hidrops fetalis, obetasi, dan umur yang lebih dari 35 tahum.

I. Penanganan
Tujuan utama penanganan ialah :
- Pencegahan terjadi pre-eklamsia berat dan eklamsia
- Melahirkan janin hidup
- Melahirkan janin dengan trauma sekecil kecilnya.
Pada dasarnya penanganan terdiri dari penanganan medik dan obstetrik.
Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optoimal yaitu sebvelum janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus.
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah
- tekanan darah siscol 140 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih.
- Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu berulang
- Penambahan edema berlebihan tiba-tiba
Penanganan pre-eklamsia ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi untuk penanganan pre-eklamsia. Istirahat dengan berbaring pada posisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga elbih banyak. Tekanan pada ekstermitas bawah turun dan resobsi aliran darah tersebut bertambah. Selain itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan adema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30mg sehari akan meningkatkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah.
Pada umunya pemberian diuretik dan anti hipertensi pada pre-eklamsia ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obatan tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklamsia berat.
Setelah keadaan normal, penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus dipaksa lebih sering. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila hipertensi menetap, penderita tetap tinggal dirumah sakit. Bila keadaan janin mengizinkan, tunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai persalinan cukup bulan atau > 37 minggu.
Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar